Rabu, 31 Januari 2018

KHUTBAH JUM'AT TENTANG MENSUKURI NIKMAT ALLAH

NAMA : MIFTACHUL JANNAH
NPM    : 16.0401.0060
PRODI : PAI
MATA KULIAH : AIK

Khutbah Jum’at Pertama
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله , الحمد لله ذى الـعـطـاء الـواسـع والأمـتـنـان * أحـمـده سـبـحـانـه وتـعـالى وأشـكـره عـلى مـاأنـعـم عـلـيـنـا مـن أصـنـاف الـنـعـم * أشـهـد ان لا اله الا الله وحده لا شـريك له الـمـلـك الـعـلام * وأشـهد أن محمدا عبـده ورسـوله الـذي مـضـت حيـاتـه فى خـدمـة الـمخـلـوقـات مـن الـعـرب والـعـجم * اللهـم صـل وسـلم على عـبـدك ورسـولك أفـضـل الأنـام * سـيد نامحمـد وعـلى ألـه وأصــحابه صـلاة وسـلامـا دائمين متـلازمـين الى يـوم الزحـام * أمـابعـد فيـا عبـادالله أوصــيكم واياي بتقـوى الله * واعـلـمـوا أن اللـه هـو الـمـنـعـم والـمـتـفـضـل . أنـعــم عـلـيـنـا بـأصـنـاف الـنـعـم * الـتي لا تـحصـونـهـا لـتـعـترفـوا بـهـا لـربـكم ولـتـقـومـوا بـشـكرهـا * وَقَدْ قَالَ اللهَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ * أَعُـوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ* بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ* وان تـعـدوا نـعـمـة اللـه لاتـحـصـوهـا * وقـال أيـضـا : لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ *
Kaum Muslimin sidang jum’ah rahimakumullah…….
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan berupaya menunaikan perintahnya dan mejauhi larangan Nya. Dengan harapan semoga senantiasa kita mendapat rahmat dan hidayahNya. Dan kita termasuk hamba yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat. Amin.
Selanjutnya, marilah bersama sama kita sadari begitu banyak anugerah dan nikmat Allah yang terlimpah kepada kita, baik yang berupa material maupun in material yang kita gunakan didalam kehidupan di dunia ini. Saking banyaknya, hingga tak akan mampu kita menghitungnya. Allah telah berfirman :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا
“ Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tak akan mampu menghitungnya”. (QS.Ibrahim : 34).
Lafadl Syukur diambil dari lafadl syakara, yang berarti membukak, sebagai kebalikan lafadl kafara (kufur) yang berarti menutup.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dan menggunakan nikmat tersebut pada sesuatu yang di ridlai oleh Dzat Yang memberi nikmat. Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat. Allah telah berfirman :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS: Ibrahim : 7)
Pada dasarnya segala bentuk kesyukuran itu harus ditujukan hanya untuk Allah Dzat yang memberi nikmat. Akan tetapi bukan berarti kita tidak boleh berterima kasih kepada sesama yang telah menjadi perantara datangnya nikmat tersebut, justru kita harus juga menyatakan syukur dan terima kasih kepada fihak yang telah menjadi perantara datangnya nikmat Allah.
Hal ini dapat kita fahami dari firman Allah, yang memerintahkan kita untuk berterima kasih kepada kedua orang tua kita, yang telah menjadi media wujud kita terlahir di dunia ini. Firman Allah Ta’ala :
أن اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.(QS.Luqman : 14).
Perintah bersyukur kepada kedua orang tua merupakan isyarat agar kita bersyukur kepada siapapun yang telah berjasa dan menjadi perantara atas datangnya ni’mat anugerah Allah tersebut. Barang siapa yang tak mau bersyukur dan tak mau berterima kasih kepada sesama manusia yang telah berjasa, berarti ia tak bersyukur kepada Allah. SWT. Secara tegas Nabi Muhammad Sallallahu ‘alai wa sallam bersabda :
مـن لـم يـشـكـر الـنـاس لـم يـشـكـر الـلـه
“Barang siapa yang tak mau bersyukur dan tak mau berterima kasih kepada sesama manusia , berarti ia tidak bersyukur kepada Allah “
Kaum Muslimin sidang jum’ah rahimakumullah…….
Manfaat syukur, akan kembali kepada orang yang bersyukur. Allah tak akan mengambil keuntungan apapun dari syukur hambanya, sebagaimana Allah tak akan merugi dan tak akan berkurang kewibawaan dan keAgunganNya bila hambanya tak mau bersyukur dan kufur atas nikmat karunia Nya.
Ada berbagai cara untuk mensyukuri ni’mat Allah Ta’ala, antara lain :
1. Syukur bil qalbi :
Menyadari sepenuh hati semua ni’mat dan prestasi yang diterima seorang hamba, tidak hanya hasil oleh karena kepandaian, keahlian dan kerja keras, akan tetapi karena fadlal dan anugerah Allah Ta’ala. Kesadaran ini mendorong seseorang untuk tidak merasa kecewa dan tidak merasa berat menerima ni’mat Allah. Meskipun hanya kecil atau sedikit.
2. Syukur bil lisan :
Mengakui dan menyatakan dengan lisan melalui ucapannya bahwa segala ni’mat hanya dari Alah semata. Pengakuan inipun disertai memuji kepada Allah dengan ucapan Al Hamdulillah, ucapan ini merupakan manifestasi pengakuaan bahwa yang paling berhak menerima pujian hanyalah Allah semata.

3. Syukur bil arkan :
Menggunakan ni’mat anugerah Allah untuk hal hal yang diridlani Allah SWT. Sebagai Dzat Yang Memberi ni’mat tersebut.
Bapak bapak, jama’ah jum’ah rahimakumullah…….
Syikap syukur ini harus menjadi kepribadian kita kaum Muslimin. Sikap ini mengingatkan kita supaya mau berterima kasih kepada Dzat Yang Memberi ni’mat dan kesanggupan untuk berterima kasih kepada orang lain yang menjadi perantara datangnya ni’mat yang kita terima. Dengan bersyukur seseorang akan ridla terhadap ni’mat yang diterima, dengan tetap meningkatkan upaya dan ikhtiyar untuk mencapai ni’mat yang lebih baik.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah Nya kepada kita semua, sehingga kita pandai bersyukur kepada Allah dan sanggup berterima kasih kepada orang lain yang telah menjadi lantaran ni’mat yang kita terima.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ* وَنَفَعَنِي وَإِيَّا كُمْ بِااْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ* إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ * قَالَ تَعَالَى وَهُوَ أَصْدَقُ اْلقائِلِيْنَ: أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشًّيْطَانِ الرَّجِيْمِ* بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ* وأمـا بـنـعمـة ربـك فحدث* وَقُلْ رَبِّ اْغفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ*
::
Khutbah Jum’ah Kedua
الْحَمْدُ ِللهِ ، الْحَمْدُ ِللهِ حَقَّ حَمْدِهِ * أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ شَهَادَةَ عَبْدِهِ * وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْوَفِيُّ بِعَهْدِهِ * صَلَّـى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلهِ وَأَصْحَابِهِ مِنْ بَعْدِهِ * وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا * أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى * وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ أَمْرًا عَمِيْمًا * فَقَالَ جَلَّ جَلاَلُهُ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ. يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا * اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ * وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ * وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ *
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ * وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ * إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعَوَاتِ * اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَتَنَا وَأُمَّتَنَا وَقُضَاتَنَا وَعُلَمَاءَنَا وَفُقَهَاءَنَا وَمَشَايِخَنَا صَلاَحًا تَامًّا عَامًّا وَاجْعَلْنَا هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ * اَللَّهُمَّ اْنصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ * وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ * أَللَّهُمَّ أَهْلِكْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ * وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ * وَفُكَّ أَسْرَ الْمَأْسُوْرِيْنَ * وَفَرِّجْ عَنِ الْمَكْرُوْبِيْنَ * وَاقْـضِ الدَّيْنَ عَلَى الْمَدْيُوْنِيـْنَ * وَاكْتُبِ اللَّهُمَّ السَّلاَمَةَ عَلَيْنَا * وَعَلَى الْغُزَّاةِ وَالْمُجَاهِدِيْنَ وَالْمُسَافِرِيْنَ * إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ * اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ * وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ* وَاْلفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَة * وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ * مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ * مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً * وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً * إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ * رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بالإِيـْمَانِ* وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْم *
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ * وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ*
::
Oleh: KH. Abu Royyan, Pondok Pesantren Nida’ul Ummah Bantul Yogyakarta.

Tulisan berjudul Khutbah Jum’at: Mensyukuri Nikmat Allah SWT terakhir diperbaharui pada Thursday 13 February 2014 oleh Pejuang Ahlussunnah di Ngaji Yuk! - Kajian Ceramah Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
TUGAS UAS MATA KULIAH AIK
DOSEN PENGAMPU : AGUS MISWANTO

NAMA  :  MIFTACHUL JANNAH
NPM      :  16.0401.0060

PRODI   :   PAI
Teks Pengantar Khotbah
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  أَمَّا بَعْدُ



Minggu, 28 Januari 2018

DAKWAH KULTURAL DENGAN SENI SUARA DAN MUSIK

Makalah Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 3
Dosen pengampu : Agus Miswanto, M.Ag




Disusun Oleh
Muhamad Abdul Latif                        16.0401.0049
Ibnu Fajar                                16.0401.0052
Jery Muhammad Firmanda     16.0401.0054
Nola Noor Indah I                  16.0401.0055


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017




DAFTAR ISI








BAB I PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Dakwah adalah proses memasukkan pemahaman tentang Islam kepada objek dakwah atau mad’u dengan cara yang baik sehingga dapat diterima oleh mad’u. Indonesia adalah negara yang masyarakatnya memiliki adat-istiadat dan budaya yang berbeda-beda. Oleh karena kemajemukan budaya bangsa Indonesia tersebut, maka dakwah yang cocok diterapkan pada masyarakat Indonesia ialah dakwah Kultural.
Dengan menerapkan dakwah kultural, maka seorang Da’i akan mengetahui bagai mana cara memasukan pemahaman agama Islam ke dalam budaya masyarakat yang berbeda-beda dari jenis karakter, adat-istiadat, status sosial dll. Kepiawaian seorang Da’i dalam mencari celah budaya yang bisa dimasuki unsur-unsur ajaran Islam sangat menentukan berkembangnya dakwah kultural.
Beragama Islam tidak berarti harus jauh dari dunia seni atau bersikap antikesenian. Jika beragama Islam merupakan fitrah manusia, maka berkesenian pun adalah naluri manusia. Berpijak pada nilai-nilai fitrah kemanusiaan yang cenderung kepada kebenaran dan kebajikan, maka sesungguhnya berkesenian yang mengekspresikan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan bagi kemaslahatan hidup umat manusia.
Kegiatan dakwah Kultural sangat memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas dalam rangka menghasilkan kultur baru yang bernuansa islami atau kegiatan dakwah yang memanfaatkan adat, tradisi, seni baik suara maupun musik dan budaya lokal dalam proses menuju kehidupan Islami.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang di maksud dengan dakwah?
2.      Apa yang dimaksud dengan seni?
3.      Bagaimana kelebihan dan kekurangan seni suara dan musik?
4.      Bagaimana bentuk aplikasi musik dalam dakwah?
5.      Apa yang di maksud seni dalam dakwah?
6.      Bagaimana peran Muhammadiyah dalam berdakwah menggunakan seni suara?



BAB II PEMBAHASAN


A.    Pengertian Dakwah

Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari Bahasa Arab, yaitu دَعَى-يَدْعُوْ – دَعْوَةً  yang artinya mengajak, menyeru, memanggil.
Dengan demikian, secara etimologi dakwah merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut
Sedangkan secara terminologi, menurut Ibnu Taimiyah dakwah ialah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat, dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu.
Dengan demikian dakwah merupakan bagian yang sangat esensial dalam kehidupan seorang muslim, di mana esensinya berada pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama Islam dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya. Dan hal inilah yang membedakan antara dakwah dengan propaganda (Amir, 2009).
Atas dasar ini, esensi dakwah dalam Islam mengajak kepada kebaikan dengan metode dan cara yang telah Allah subhanahu wata’ala firmankan:

(ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ)
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS. An-Nahl 125]

(وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ)
Dan sebaik-baik perkataan ialah barang siapa yang mengajak kepada jalan Allah, dan beramal sholih, dan berkata sesungguhnya diriku termasuk dari orang-orang muslim. [QS Fushilat 33]
Maka dengan ayat diatas dakwah merupakan suatu hal yang mulia dan merupakan tugas bagi setiap muslim sebagaimana tugas para Nabi.

B.     Pengertian Seni

Seni memiliki makna sesuatu yang indah atau keindahan. Kesenian adalah segala sesuatu yang menimbulkan perasaan indah sekaligus menghibur. Seni yang menjadi media ekspresi perasaan, pikiran, dan cita-cita. Secara umum, seni itu menyentuh kehidupan setiap individu sehingga berpengaruh besar terhadap pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat.
Seni dalam Islam merangkum hubungan sinergis dimensi estetika, etika dan kebenaran. Oleh karenanya sangat memungkinkan untuk diolah menjadi hiburan yang dibutuhkan oleh masyarakat kaya maupun miskin. Seni suara dalam hal ini mencakup seni qira’ah, seni musik.
Pengertian seni musik menurut Suhastjarja adalah pengungkapan rasa keindahan seorang manusia yang diwujudkan di dalam nada atau bunyi yang pada akhirnya menghasilkan ritme dan harmoni. (file:///C:/Users/Muhammad%20AL/Downloads/Pengertian%20Seni%20Musik%20(Artikel%20Lengkap)%20_%20Hedi%20Sasrawan.html)
Dengan demikian seni adalah manifestasi perasaan keindahan yang dibawa sejak lahir oleh setiap manusia, dan merupakan karunia dan anugrah Ilahi, oleh karenanya seni merupakan fitrah yang harus dijaga dan disalurkan dengan cara yang makruf dalam kehidupan manusia. (Mubarok, 2016)

C.     Manfaat dan Kekurangan Seni Suara dan Musik

Dalam hal ini, seni memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah:
1.      Seni bisa menciptakan harmoni vertikal (habluminannal), dan horizontal (hablumminannas). Seni bisa dianggap sebagai refleksi langsung dari spiritualitas tertinggi dengan dimensi ekspresinya bersifat material seperti bunyi-bunyian, suara, lantunan musik, dan lain-lain.
2.      Seni dapat menjadi bermanfaat untuk menanamkan kesadaran multikultural dalam masyarakat plural.
3.      Pendayagunaan dan pendidikan seni untuk keluhuran dan kehalusan budi.
4.      Alat intuisi intelektual untuk mencerdaskan emosi dan menyampaikan pesan kodrati manusia yang mentransendensikan individu dan jiwa kolektif dunia kepada Allah.
5.      Seni dapat digunakan sebagai media dakwah apabila seni itu telah islami dalam misi dan visinya, cara bentuk artikulasi dan pengolahannya serta mebuat semakin islam pula orang yang menyajikan, mendengarkan, atau menyaksikan. (Mubarok, 2016)
6.      Terdapat pesan-pesan dakwah di dalam lirik-lirik yang dapat digunakan sebagai sarana berdakwah.
7.      Efektivitas music dapat didengar oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
8.      Musik merupakan Bahasa hati dan lirik-lirik dalam setiap lagu cenderung sealur dengan irama kehidupan.
Adapun kekurangan seni suara atau musik diantaranya sebagai berikut:
1.      Lirik-lirik lagu yang Islami (dalam nasyid, Qasidah, Mawaris dll) kurang dinikmati oleh masyarakat pada umumnya.
2.      Banyak pembuat lagu-lagu religi yang menciptakan lagu dan mempublikasikannya sesuai dengan pasar, event-event tertentu yang menguntungkan penjualan. Seperti pada saat Ramadhan.
3.      Para pendengaran musik hanya menganggap music sebagai hiburan semata.
4.      Penyanyi yang membawakan lagu bermuatan dakwah terkadang belum bisa menjiwai lagu yang dinyanyikannya. Karena menganggap hanya menghibur semata.
5.      Lirik-lirik lagu yang senonoh terkadang dimainkan dengan syair dan alat musik khas Islam (mawaris, rebbana dll).
6.      Terdapat kontroveksi terhadap pengharaman musik.  (http://neysya-jatidiri.blogspot.co.id/2012/10/musik-sebagai-media-dakwah.html)
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan musik sebagai media dakwah, ternyata musik juga menimbulkan suatu kontroversi dalam masyarakat Islam. Jauh sebelumnya, sejak zaman Nabi Muhammad sholallu ‘alaihi wasalam pun sudah muncul rasa ingin tahu apakah Islam mengizinkan hal-hal yang indah (estetika). (Mubarok, 2016)
Dimana beberapa ulama membolehkan dan melarang dengan bersandar pada dalil nash dan sunnah.
Diantaranya adalah Firman Allah ‘Azza wa jalla,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” [QS. Lukman: 6]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan bahwasanya setelah Allah menceritakan tentang keadaan orang-orang yang berbahagia dalam ayat 1-5, yaitu orang-orang yang mendapat petunjuk dari firman Allah (Al-Qur’an) dan mereka merasa menikmati dan mendapatkan manfaat dari bacaan Al-Qur’an, lalu Allah Jalla Jalaaluh menceritakan dalam ayat 6 ini tentang orang-orang yang sengsara, yang mereka ini berpaling dari mendengarkan Al-Qur’an dan berbalik arah menuju nyanyian dan musik.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu salah satu sahabat senior Nabi berkata ketika ditanya tentang maksud ayat ini, maka beliau menjawab bahwa itu adalah musik, seraya beliau bersumpah dan mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali.
Termasuk mukjizat yang Allah Ta’ala berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pengetahuan beliau tentang hal yang terjadi di masa mendatang. Dahulu, beliau pernah bersabda,
ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف
Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik.” (https://aslibumiayu.net/9439-musik-untuk-dakwah-bolehkah-berdakwah-dengan-musik-dan-nyanyian.html )
            Adapun dalil yang menghalalkan musik sebagai berikut:
1.      Para pembela lagu dan musik menyandarkan pendapatnya dengan menggunakan Hadits “Allah akan lebih senang mendengarkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara baik dari pada pemilik budak wanita (yang mendengarkan) budaknya (bernyanyi). Para penyanjung mesik menyatakan “tidak ada nash yang shahih dan tegas yang melarang memainkan piano dan alat-alat musik lainnya.
2.      Imam yang lima, kecuali Abu Dawud meriwayatkan pernyataan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam: “Pembeda antara yang halal dan yang haram adalah rebana dan suara di dalam pernikahan”. Yang maksudnya lagu dan rebana diperbolehkan dalam pesta pernikahan.
3.      Ibnu Majah meriwayatkan pernyataan Rasulullah SAW: “umumkanlah pernikahan dan tabuhlah untuknya genderang” (HR. Ibnu Majah)
4.      Hadits Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Nafi, mantan budak Ibnu Umar ‘Aku pernah mendengar Rasulullah mendengarkan seruling gembala, lalu  beliau melakukan seperti yang aku lakukan tadi.

Beberapa hal penting yang dipandang terkait dengan apresiasi Muhammadiyah terhadap seni, antara lain:
1.      Seni adalah bagian dari fitrah manusia, keputusan hukum bahwa seni adalah mubah selama tidak menyebabkan kerusakan, bahaya, durhaka, dan jauh dari Allah.
2.      Medium seni untuk kepentigan ibadah adalah dakwah. (Amir, 2009)

D.    Bentuk atau Contoh Aplikasi Musik Sebagai Sarana Dakwah

Musik rebana, nasyid, qiraah, nyayian sebagai metode untuk membantu anak-anak dalam menghafalkan asmaul husna, atau bait-bait tertentu yang berhubungan dengan Islam. Sebagaimana para walisongo terdahulu yang sebagian mereka berdakwah dengan menggunakan sarana alat musik seperti suling, biola, wayang dll.

E.     Seni Untuk  Berdakwah

Seni dengan misi dakwah, yaitu seni yang menyampaikan makna pesan berupa nilai-nilai Islamiyah yang di dalam interaksi sosialnya berusaha membawa audiens ke arah perubahan budaya (juga peradaban) yang lebih baik mendekati kebenaran syariat dan akidah Islamiyah.
Dalam hal ini nilai dakwah melalui kegiatan seni mampu menyentuh dimensi rasa dan kesadaran lebih dalam. Dengan menggunakan seni sebagai media dakwah, audiensi atau mad’u sebagai penerima dakwah akan merasa mendapat pesan-pesan dakwah secara universal tanpa merasa digurui.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa asal proses Islamisasi di Indonesia khususnya di Jawa, para penyebar agama Islam yakni Walisongo, menggunakan seni (seni suara: gamelan, kentrung, rebana, dll) dalam berbagai bentuknya sebagai media untuk mengembangkan dakwah Islamiyah yang ternyata mendapat sambutan mengagumkan. (Amir, 2009)
Dalam hal ini, dakwah yang disampaikan dengan memperhatikan aspek artistik dan estetik akan memiliki daya persuasi yang lebih efektif. Untuk memahami dan mengembangkan seni sebagai wujud kebudayaan manusia serta sebagai sarana dakwah dapat didekati lewat tiga strategi.
1.      Pendekatan tekstual terhadap teks-teks keagamaan baik dari segi Al-Qur’an dan al-Hadits maupun melalui jendela fiqih kebudayaan atau fikih kesenian dengan melihat entitas seni sebagai keniscayaan yang tidak dapat di dekati semata-mata lewat hukum taklifi.
2.      Pendekatan kontekstual terhadap fenomena kultural termasuk seni lewat kacamata ilmu sosial, dan ilmu humanioral.
3.      Pendekatan esoterik untuk menyingkap rahasia dibalik tabir ekspresi lahiriyah seni, untuk peningkatan rohani manusia dengan memperhatikan empati, simpati, dan berpegang teguh pada prinsip “memahami dari dalam”. (Mubarok, 2016)

F.      Peran Muhammadiyah Dalam Berdakwah Menggunakan Seni Suara dan Musik

 Dalam dunia da’wah Islam istilah metode atau strategi dikaitkan dengan siasat dakwah berdasar pada beberapa prinsip dan pola pelaksanaannya (Miswanto, 2014)
Dalam hal ini prinsip atau pola metode dakwah Muhammadiyah dalam memahami dakwah Islamiyah melalui seni, seni lebih bersifat sebagai media, alat perantara untuk mencapai tujuan dakwah. Seni menjembatani proses dakwah islamiyah. Muhammadiyah telah memberikan apresiasi dan respons jenis seni secara positif. Misalnya maraknya apresiasi seni di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah, majelis-majelis, dan organisasi-organisasi otonomnya. Secara umum, apresiasi seni warga Muhammadiyah mencakup seni tari, seni suara, seni musik, seni qira’ah dll.
Perkembangan seni yang ma’ruf dimaksudkan agar seni tersebut tidak hanya berhenti sebagai seni yang rutin dan monoton yang dipertunjukkan. Karena potensi dan nilai yang sudah dikandungnya itu, maka seni yang makruf dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan dakwah Islam. Dalam konteks inilah dakwah kultural muhammadiyah mempunyai sarana pendukung untuk melakukan konservasi yang fungsional.
1.      Melalukan seleksi dan pemilahan secara syar’I
2.      Melakukan intervensi nilai dan rekayasa nilai terhadap kategori seni sehingga statusnya bisa meningkat ke level mubah.
3.      Melakukan penguatan dan pengembangan seni dalam ruang lingkup dakwah sehingga bisa menjelma menjadi seni yang makruf.
4.      Mengembangkan modifikasi dan kreatifitas seni yang makruf.
5.      Seni tidak terlepas dari strategi kebudayaan Muhammadiyah dalam berdakwah yang bertumpu pada dimensi ajaran untuk kembali kepada Al-Quran dan as-sunah seta berijtihad dan tajdid sosial keagamaan. (Mubarok, 2016)



BAB III KESIMPULAN


Dakwah ialah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat, dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu. Dakwah merupakan bagian yang sangat esensial dalam kehidupan seorang muslim, berupa ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama Islam seacara sadar.
Seni adalah pengungkapan rasa keindahan seorang manusia yang diwujudkan di dalam nada atau bunyi yang pada akhirnya menghasilkan ritme dan harmoni.. Seni dalam Islam merangkum hubungan sinergis dimensi estetika, etika dan kebenaran.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan seni sebagai media dakwah, musik juga menimbulkan suatu kontroversi dalam masyarakat Islam. Dimana beberapa ulama membolehkan dan melarang dengan bersandar pada dalil nash dan sunnah. Dimana seperti yang telah di jelaskan dalam surat Luqman ayat 6 tentang orang-orang yang sengsara, yaitu mereka ini berpaling dari mendengarkan Al-Qur’an dan berbalik arah menuju nyanyian dan musik. Muhammadiyah memandang seni sebagai bagian dari fitrah manusia, keputusan hukum terhadap seni adalah mubah selama tidak menyebabkan kerusakan, bahaya, durhaka, dan jauh dari Allah serta medium seni untuk kepentingan ibadah merupakan dakwah.
Seni dapat menyampaikan makna pesan berupa nilai-nilai Islamiyah yang di dalam interaksi sosialnya berusaha membawa audiens ke arah perubahan budaya (juga peradaban) yang lebih baik mendekati kebenaran syariat dan akidah Islamiyah. Dengan menggunakan seni sebagai media dakwah, audiensi atau mad’u sebagai penerima dakwah akan merasa mendapat pesan-pesan dakwah secara universal tanpa merasa digurui.
Prinsip atau pola metode dakwah Muhammadiyah dalam memahami dakwah Islamiyah melalui seni adalah seni lebih bersifat sebagai media, alat perantara untuk mencapai tujuan dakwah. Seni menjembatani proses dakwah islamiyah. Karena potensi dan nilai yang sudah dikandungnya itu, maka seni yang makruf dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan dakwah Islam. Salah satunya dengan memberikan apresiasi tentang seni kepada lembaga pendidikan, otonom dll.




Daftar Pustaka


Amir, S. M. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
file:///C:/Users/Muhammad%20AL/Downloads/Pengertian%20Seni%20Musik%20(Artikel%20Lengkap)%20_%20Hedi%20Sasrawan.html. (n.d.).
http://neysya-jatidiri.blogspot.co.id/2012/10/musik-sebagai-media-dakwah.html. (n.d.).
https://aslibumiayu.net/9439-musik-untuk-dakwah-bolehkah-berdakwah-dengan-musik-dan-nyanyian.html . (n.d.).
Miswanto, A. (2014). Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan. Magelang: P3SI UMM.
Mubarok, A. (2016). Dakwah Kultural Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.






KHUTBAH JUM'AT TENTANG MENSUKURI NIKMAT ALLAH

NAMA : MIFTACHUL JANNAH NPM    : 16.0401.0060 PRODI : PAI MATA KULIAH : AIK Khutbah Jum’at Pertama السلام عليكم ورحمة الله وبرك...